Rabu, 21 Mei 2014

Makalah Prosedur Pemberian Obat


BAB I
PENDAHULUAN


            Obat adalah suatu bahan atau campuran bahan yang dimaksudkan untuk digunakan dalam menentukan diagnosis, mencegah, mengurangi, menghilangkan, menyembuhkan penyakit atau gejala penyakit, luka atau kelainan badaniah atau rohaniah pada manusia atau hewan, termasuk memperelok tubuh atau bagian tubuh manusia. Meskipun obat dapat menyembuhkan penyakit, tetapi masih banyak juga orang yang menderita akibat keracunan obat. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa obat dapat bersifat sebagai obat dan dapat juga bersifat sebagai racun. Obat itu akan bersifat sebagai obat apabila tepat digunakan dalam pengobatan suatu penyakit dengan dosis dan waktu yang tepat. Jadi, apabila obat salah digunakan dalam pengobatan atau dengan dosis yang berlebih maka akan menimbulkan keracunan dan bila dosisnya kecil tidak akan memperoleh penyembuhan.

            Bahan obat jarang diberikan sendiri-sendiri, lebih sering merupakan suatu formula yang dikombinasi dengan satu atau lebih zat yang bukan obat yang bermanfaat untuk kegunaan farmasi. Bentuk-bentuk sediaan yang dapat digunakan beragam. Bentuk yang populer adalah tablet, kapsul, kaplet, suspense dan berbagai larutan sediaan farmasi.


















BAB II
PEMBAHASAN


2.1  PENGERTIAN OBAT
            Obat merupakan sebuah substansi yang diberikan kepada manusia atau binatang sebagai perawatan, pengobatan, atau bahkan pencegahan terhadap berbagai penggunaan yang terjadi didalam tubuh. Dalam pelaksanaannya, tenaga medis memiliki tanggung jawab dalam keamanan obat dan pemberian secara langsung ke pasien.
            Farmakologi menjadi penting karena mempelajari efek tentang efek dari obat, sehingga diharapkan mampu mengevaluasi evek pengobatan. Pada aspek obat, ada beberapa istilah yang penting kita ketahui diantaranya : nama generic merupakan nama pertama dari pabrik yang sudah mendapatkan lisensi, kemudian ada nama resmi yang memiliki arti nama dibawa lisensi salah satu publikasi yang resmi, nama kimiawi merupakan nama yang berasal dari susunan zat kimia nya seperti actyacetylsalicyic acid atau Aspirin, kemudian nama dagang (prademark) merupakan nama yang keluar sesuai dengan perusahaan atau pabrik dalam menggunakan symbol seperti eccortin, bufferin, mfirin,analgesic, dll.
A.    Standar Obat
            Obat yang digunakan sebiknya memenuhi berbagai standar persyaratan obat, diantaranya kemurnian , yaitu suatu keadaan yang dimiliki obat karena unsure keasliannya tidak ada percampuran, dan standar potensi yang baik. Selain kemurnian, obat juga harus memiliki bioapailabilitas berupa keseimbangan obat, keamanan, dan efektifitas. Standar-standar tersebut harus dimiliki obat agar menghasilkan efek yang baik akan obat itu sendiri.
B.     Reaksi Obat
            Sebagai bahan atau benda asing yang masuk kedalam tubuh, obat akan bekerja sesuai dengan proses kimiawi melalui reaksi obat. Reaksi obat dapat dihitung dalam satuan waktu paru, yakni suatu interval waktu yang di perukan dalam tubuh untuk proses elominasi, sehingga terjadi pengurangan kosentrasi setengah dari kadar puncak obat dalam tubuh.
2.2  FAKTOR YANG MEMPENGARUHI REAKSI OBAT
Beberapa factor yang mempengaruhi reksi pengobatan diantaranya Absorbsi obat, distribusi obat dalam tubuh, metbolisme (biotranformasi obat), dan eksresi
1.      Absorbs obat
Merupakan proser pergerakan obat dari sumber ke dalam tubuh melalui aliran darah kecuali darijenis topika. Hal ini mempengaruhi oleh cara dan jalur pemberian obat, jenis obat, keadaan tempat, makanan, dan keadaan pasien.
2.      Distribusi obat kedalam tubuh
Setelah obat di absorbsi, kemudian obat di distribusikan kedalam darah melalui paskular dan system limfatis menuju sel dan masuk kedalam jarungan tertentu. Proses ini dapat di pengaruhi oleh keseimbangan cairan elektrolit dan keadaan patologis .
3.      Metabolisme obat
Setelah melalui sirkulasi obat akan mengalami metabolism. Obat akan ikut sirkulasi ke dalam jaringan kemudian berinteraksi dengan sel dan melakukan sebuah perubahan zat kimia hingga menjadi lebih aktif. Obat yang tidak bereaksi akan di ekskresikan.
4.      Ekskresi sisa
Setelah obat mengalami metabolism atau pemecahan, akan terdapat sisa zat yang tidak dapat dipakai. Sisa zat ini tidak bereaksi kemudian keluar melalui ginjal dan dalam bentuk urine, dari intestinal dalam bentuk feses, dan dari paru-paru dalam bentuk udara.

2.3   PERSIAPAN PEMBERIAN OBAT
            Sebelum memberikan obat kepada pasien, ada beberapa syarat yang perlu di perhatikan untuk menjamin keamanan dalam pemberian obat, diantaranya :
1.        Tepat obat
       Sebelum mempersiapkan obat ke tempatnya petugas medis harus memperhatikan kebenaran obat sebanyak 3 kali, yakni : ketika memindahkan obat dari tempat penyimpanan obat, saat obat di programkan, dan saat pengembalian obat ke tempat penyimpanan.
2.        Tepat dosis
       Untuk menhindari kesalahan dalam pemberian obat, maka penentuan dosis harus di perhatikan dengan menggunakan alat standar seperti obat cair harus di lengkapi alat tetes, gelas ukur, spuit, atau sendok khusus, alat untuk membela tablet, dll. Dengan demikian, penghitungan dosis benar untuk diberikan ke pasien.
3.        Tepat pasien
       Obat yang akan diberikan hendaknya benar pada pasien yang di programkan. Hal ini dilakukan dengan mengidentifikasikan identitas kebenaran obat, yaitu mencocokkan nama, nomor register, alamat, dan program pengobatan pada pasien.
4.        Tepat jalur pemberian
                   Kesalahan rute pemberian dapat menimbulkan efek sistemik yang fatal pada pasien. Untuk itu, cara pemberian nya adalah dengan melihat cara pemberian / jalur obat pada label yang ada sebelum memberikannya ke pasien.
5.        Tepat waktu
       Pemberian obat harus benar-benar sesuai dengan waktu yang di programkan, karena berhubungan dengan kerja obat yang dapat menimbulkan efek trapi dan obat.


2.4   PENGHITUNGAN DOSIS OBAT
-          Dosis pada Bayi dan Anak Balita
            Pemberian dosis obat pada bayi dan balita sering kali menimbulkan perbedaan, mengingat anak masih dalam tahap proses pertumbuhan dan perkembangan. Khususnya anak yang lahir premature, akan sangat kesulitan dalam penetapan dosis obat mengingat organ belum berfungsi dengan sempurna seperti fungsi ginjal, susunan saraf pusat atau lainnya sehingga proses absorbsi, distribusi, metabolism, dan eskresi obat akan terganggu atau tidak maksimal. Terdapat perbedaan penentuan pemberian obat pada anak. Banyak para ahli yang membedakan,   tetapi pada prinsip nya penentuan dosis dapat disimpulkan oleh dua standar, yakni berdasarkan luas permukaan tubuh dan berat badan.

Berikut ini ada rumus penghitungan dosis obat untuk anak antara lain :
1.     
Da =     n        Dd (mg) tidak untu anak > 12 tahun
          n + 12


Young
 

                                                                                              

2.      Dilling
Da =  n    + Dd (mg)
        20
 

Gaubius


3.     
Da =  1   + Dd (mg) (untuk anak sampai umur 1 tahun)
        12
Da =  1    + Dd (mg) (untuk anak 1-2 tahun)
        8
Da =  1    + Dd (mg) (untuk anak 2-3 tahun)
        6
Da =  1    + Dd (mg) (untuk anak 3-4 tahun)
        4
Da =  1    + Dd (mg) (untuk anak 4-7 tahun)
        3



Gaubius




                                                                                                                     



                                                                                                                 


4.      Fried
Da =   m  + Dd (mg)
          150
 

                                                          

Keterangan : m = umur anak dalam bulan

5.      Sagel
Da = (13w + 15) + Dg (mg) (umur 0 – 20 minggu)
100
Da = (8w + 7) + Dg (mg) (umur 0 – 20 minggu)
  100
Da = (3w + 12) + Dg (mg) (umur 0 – 20 minggu)
  100


 



                                                                                                

6.      Clark
Da =   w anak      Dd (mg)
W dewasa
 

                                                         

Keterangan : w = berat badan / kg
7.      Berdasarkan area permukaan tubuh
Dosis anak = Area permukaan tubuh anak x Dosis dewasa normal
1,7 m2
 


                                                                                                                           
2.5                                                                                                                                                                                                                                             TEKNIK PEMBERIAN OBAT
            Pemberian obat kepada pasien dapat dilakukan melalui beberapa cara di antaranya : oral, parenteral, rectal, vaginal, mata, telinga, dan hidung. Pemberian dilakukan dengan menggunakan prinsip lima tepat yakni tepat nama pasien, tepat nama obat, tepat dosis obat, tepat cara pemberian, dan tepat waktu pemberian.
Pemberian Obat Melalui Oral
Pemberian obat melalui obat dilakukan dengan tujuan mencegah, mengobati, dan mengurangi rasa sakit sesuai dengan efek terapi dan jenis obat.
Periapan alat dan bahan :
1.      Daftar buku obat/catatan, jadwal pemberian obat.
2.      Obat dan tempatnya
3.      Air minum dan tempatnya.

Prosedur Kerja :
1.      Cuci tangan
2.      Jelaskan pada pasien mengenai prosedur yang akan dilakukan.
3.      Baca obat, dengan berprinsip tepat obat, tepat pasien, tepat dosis, tepat waktu, dan tepat tempat.
4.      Bantu dengan cara untuk meminumkan nya dengan cara :
a.       Apabila memberikan obat berbentuk tablet atau kapsul dari botol, maka tuangkan jumlah yang dibutuhkan ke dalam tutup botol dan pindahkan ke tempat obat. Jangan sentuh obat dengan tangan. Untuk obat berupa kapsul jangan di lepaskan pembungkusnya.
b.      Kaji kesulitan menelan. Bila ada, jadikan tablet dan bentuk bubuk dan campur dengan minuman.
c.       Kaji denyut nadi dengan tekanan darah sebelum pemberian obat yang membutuhkan pengkajian.
5.      Catat perubahan dan reaksi terhadap pemberian. Evaluasi respons terhadap obat dengan mencatat hasil pemberian obat.
6.      Cuci tangan.


Pemberian Obat Melalui Jaringan Intrakutan (IC)
            Memberikan atau memasukkan obat kedalam jaringan kulit dilakukan sebagai tes reksi alergi terhadap jenis obat yang akan di gunakan. Pemberian obat melalui jaringan intrakutan ini dilakukan dibawah dermis atau epidermis. Secara umum, dilakukan pada daerah lengan, tangan dan ventral.

Persiapan alat danbahan :
1.      Daftar buku obat/catatan, jadwal pemberian obat.
2.      Obat dan tempatnya
3.      Spuit 1 cc/spuit insulin
4.      Kapas alcohol dalam tempatnya
5.      Cairan pelarut
6.      Bak steril dilapisi kas steril (tempat spuit)
7.      Bengkok
8.      Perlak dan alasnya.

Prosedur kerja :
1.      Cuci tangan
2.      Jelaskan pada pasien mengenai prosedur yang akan dilakukan.
3.      Bebaskan daerah yang akan disuntik. Bila menggunakan baju lengan panjang buka dank e atasan.
4.      Pasang perlak / pengalas di bawah bagian yang disuntik.
5.      Ambil obat untuk tes alergi, kemudian larutan/encerkan dengan akuades (cairan pelarut). Selanjutnya, ambil 0,5 cc dan encerkan lagi sampai -+ 1cc. lalu siapkan pada bak injeksi atau steril.
6.      Desinfeksi dengan kapas alcohol pada daerah yang akan disuntik.
7.      Tegangkan daerah yang akan disuntik dengan tangan kiri.
8.      Lakukan penusukan dengan lubang menghadap ke atas yang sudutnya 20 derajat terhadap permukaan kulit.
9.      Semprotkan obat hingga terjadi gelembung
10.  Tarik spuit dan tidak boleh dilakukan massege.
11.  Cuci tangan
12.  Catat reaksi pemberian, hasil pemberian obat/tes obat,tanggal,waktu, dan jenis obat.


Pemberian Obat Melalui Jaringan Subkutan (SC)
            Pemberian obat melalui suntikan di bawah kulit dapat dilakukan pada daerah lengan atas sebelah luar atau 1/3 bagian dari bahu. Paha sebelah luar, daerah dada, dan daerah sekitar umbilicus (abdomen). Umumnya, pemberian obat melalui jaringan subkutan ini dilakukan dalam program pemberian insulin yang digunakan untuk mengontrol kadar gula darah. Terdapat dua tipe larutan insulin yang diberikan, yaitu jernih dan keruh. Larutan jernih dimaksudkan sebagai insulin tipe reaksi cepat (insulin regular). Larutan yang keruh termasuk tipe lambat karena adanya penambahan protein sehingga memperlambat absorpsi obat.

Persiapan alat dan bahan :
1.      Daftar buku obat/catatan, jadwal pemberian obat
2.      Obat dalam tempatnya
3.      Spuit insulin
4.      Kapas alcohol dalam tempatnya
5.      Cairan pelarut
6.      Bak injeksi
7.      Bengkok
8.      Perlak dan alasnya
Prosedur Kerja :
1.      Cuci tangan
2.      Jelaskan pada pasien mengenai prosedur yang akan dilakukan
3.      Bebaskan daerah yang disuntik atau bebaskan suntikan dari pakaian. Apabila menggunakan baju, maka dibuka atau dikeataskan
4.      Ambil obat dalam tempatnya sesuai dengan dosis yang akan diberikan. Setelah itu, tempatkan pada bak injeksi
5.      Desinfeksi dengan kapas alcohol
6.      Tegangkan dengan tangan kiri (daerah yang akan dilakukan suntikan subkutan).
7.      Lakukan penusukan dengan lubang menghadap keatas, yang sudut 450 dengan permukaan kulit.
8.      Lakukan aspirasi. Bila tidak ada darah, semprotkan obat perlahan-lahan hingga habis
9.      Tarik spuit dan tahan dengan kapas alcohol. Masuk kan spuit yang telah dipakai kedalam bengkok
10.  Catat reaksi pemberian, tanggal, waktu pemberian, dan jenis / dosis obat.
11.  Cuci tangan.
Pemberian Obat Melalu Wadah Intravena (Secara Tidak Langsung)
            Memberikan obat intravena melalui wadah merupakan pemberian obat dengan menambahkan atau memasukkan obat ke dalam wadah caira intravena. Tujuannya untuk meminimalkan efek samping  dan mempertahankan kadar terapeutik dalam darah.
Persiapan alat dan bahan :
1.      Spuit dan jarum sesuai dengan ukuran
2.      Obat dalam tempatnya
3.      Wadah cairan( kantong / botol)
4.      Kapas alcohol
Prosedur Kerja :
1.      Cuci tangan
2.      Jelaskan pada pasien mengenai prosedur yang akan dilakukan
3.      Periksa identitas pasien, kemudian ambil obat dan masukkan kedalam spuit.
4.      Cari tempat penyuntikan obat pada daerah kantong.
5.      Lakukan disenfeksi dengan kapas alcohol dan stop  aliran
6.      Lakukan penyuntikan dengan memasukkan jarum spuit hingga menembus bagian tengah dan masukkan obat perlahan –lahan ke dalam kantong / wadah cairan
7.      Setelah selesai, tarik spuit dan campur larutan dengan membalikkan kantong cairan secara perlahan – lahan dari satu ujung ke ujung lainnya.
8.      Perikasa kecepatan infuse.
9.      Cuci tangan
10.  Catat reaksi pemberian, tanggal, waktu, dan dosis pemberian obat

Pemberian Obat Melalui Selang IntraVena
Persiapan alat dan bahan :
1.      Spuit dan jarum yang sesuai dengan ukuran
2.      Obat dalam tempatnya
3.      Selang intravena
4.      Kapas alcohol
Prosedur Kerja :
1.      Cuci tangan
2.      Jelaskan pada pasien mengenai prosedur yang akan dilakukan
3.      Periksa identitas pasien, kemudian ambil obat dan masukkan ke dalam spuit
4.      Cari tempat penyuntikan obat pada daerah selang intavena
5.      Lakukan disinfeksi dengan kapas alcohol dan stop aliran
6.      Lakukan penyuntikan dengan memasukkan jarum spuit hingga menembus bagian tengah dan masukkan obat secara perlahan – lahan ke dalam selang intravena.
7.      Setelah selesai, tarik spuit
8.      Periksa kecepatan infuse dan observasi reaksi obat
9.      Cuci tangan
10.  Catat obat yang telah diberikan dan dosisnya.

Pemberian obat melalui intramuscular(IM)
            Memberikan obat melalui intramuscular merupakan pemberian obat dengan memasukannya kedalam jaringan otot. Lokasi penyuntikan dapat dilakukan di dorsogluteal (posisi tengkurap), ventrogluteal (posisi terbaring), vastus lateralis (daerah paha), atau deltoid (lengan atas). Tujuannya gar absorbsi obat dapat lebih cepat.
Persiapan alat dan bahan :
1.      Daftar buku obat/catatan, jadwal pemberian obat.
2.      Obat dalam tempatnya.
3.      Spuit dan jarum yang sesuai dengan ukuran: untuk orang dewasa, panjangnya 2.5 – 3,75 cm,sedangkan untuk anak, panjangnya 1,25-2,5 cm.
4.      Kapas alcohol dalam tempatnya
5.      Cairan pelarut
6.      Bak injeksi
7.      ‘bengkok
Prosedur kerja :
1.      Cuci tangan
2.      Jelaskan pada pasien mengenai prosedur yang akan dilakukan
3.      Ambil obat kemudian masukkan ke dalam spuit sesuai dengan dosis. Setelah itu, letakkan pada bak injeksi
4.      Periksa pada tempat yang akan dilakukan penyuntikan
5.      Disinfeksi dengan kapas alcohol pada tempat yang akan dilakukan penyuntikan
6.      Lakukan penyuntikan
a.       Dorsogluteal, dengan menganjurkan pasien untuk tengkurap dan lutup nya diputar kearah dalam/miring. Pleksikan lutut bagian atas dan pinggul, serta letakkan di depan tungkai bawah.
b.      Ventrogluteal, dengan menganjurkan pasien untuk miring, tengkurap, atau terlentang. Lutut dan pinggul pada posisi yang akan dilakukan penyuntikan dalam keadaan fleksi.
c.       Vastus lateralis ( paha), dengan menganjurkan pasien untuk berbaring terlentang dengan lutut sedikit fleksi.
d.      Deltoid ( Lengan Atas), dengan menganjurkan pasien untuk duduk/berbaring mendatar dan lengan atas fleksi.
7.      Lakukan penusukan menggunakan jarum dengan posisi tegak lurus
8.      Setelah jarum masuk,lakukan aspirasi spuit. Bila tidak ada darah, seprotkan obat secara perlahan – lahan hingga habis.
9.      Setelah selesai, ambil spuit dengan menariknya.tekan daerah penyuntikan dengan kapas alcohol, kemudian letakkan spuit yang telah digunakan pada bengkok.
10.  Catat reaksi pemberian, jumlah dosis, dan waktu pemberian.
11.  Cuci tangan.
Pemberian Obat Melalui Rektum
            Memberikan obat melalui rectum dengan memberikan obat dengan memasukkan obat melalui anus dan kemudian rectum, dengan tujuan memberikan efek local dan sistemik. Tindakan pengobatan ini disebut pemberian obat supositoria yang bertujuan untuk mendapatkan efek terapi obat, menjadikan lunak pada derah fese, dan merangsang membuang air besar.
            Pemberian obat yang memiliki efek local, seperti obat dulcolax supositoria, berfungsi untuk meningkatkan defekasi secara local. Pemberian obat dengan efek sistemik, seperti obat aminofili supositoria, berfungsi mendilatasi bronkus. Pemberian obat supositoria ini diberikan tepat pada dinding rectal yang melewati sfingter ani internal. Kontraindikasi pada pasien yang mengalami pembedahan rectal
Persiapan alat dan bahan :
1.      Obat supositoria dalam tempatnya
2.      Sarung tangan
3.      Kain kasa
4.      Vaselin / pelican/ pelumas
5.      Kertas tisu
Prosedur kerja :
1.      Cuci tangan
2.      Jelaskan pada pasien mengenai prosedur yang akan dilakukan
3.      Gunakan sarung tangan
4.      Buka pembukus obat dengan kain kassa
5.      Oleskan pelican pada ujung obat supositoria
6.      Regangkan glutea dengan tangan kiri. Kemudian masukkan supositoria secara perlahan.melalui anus, sfingter anal internal, serta mengenai dinding rectal 10 cm pada orang dewasa, 5cm pada bayi/anak.
7.      Setelah selesai, tarik jari tangan dan bersihkan daerah sekitar anal dengan tisu
8.      Anjurkan pasien untuk tetap berbaring / terletang selama 5 menit. Setelah selesai lepaskan sarung tangan ke dalam bengkok.
9.      Cuci tangan
10.  Catat obat, jumlah dosis, dan cara pemberian.


Pemberian Obat Per Vagina
            Pemberian obat melalui vagina merupakan tindakan obat melalui vagina, yang bertujuan untuk mendapatkan efek terapi obat dan mengobati saluran vagina/servik. Obat ini tersedia dalam bentuk krim dan supositoria yang digunakan untuk menobati infeksi local.
Persiapan alat dan bahan :
1.      Obat dalam tempatnya
2.      Sarung tangan
3.      Kain kasa
4.      Kertas tisu
5.      Kapas sublimat dalam tempatnya
6.      Pengalas
7.      Korentang dalam tempatnya
Prosedur kerja :
1.      Cuci tangan
2.      Jelaskan pasien mengenai prosedur yang akan dilakukan
3.      Gunakan sarung tangan
4.      Buka pembukus obat dan pegang dengan kain kasa
5.      Bersihkan sekitar alat kelamin dengan kapas sublimat.
6.       Anjurkan pasien tidur dengan posisi dorsal recumber
7.      Apabila jenis obat supositoria, maka buka pembukus dan berikan pekumas pada obat
8.      regangkan labia minora dengan tangan kiri dan masukkan obat sepanjang dinding kanan vagina posterior sampai 7,5 – 10 cm
9.      setelah obat masuk bersihkan daerah sekitar orifisium dengan labia dengan tisu
10.  anjurkan untuk tetap dalam posisi selama 10 menit agar obat bereaksi.
11.  Cuci tangan
12.  Catat jumlah, dosis, waktu, dan cara pemberian
Catatan :
Apabila menggunakan obat jenis krim, isi aplikator krim / ikuti petunjuk krim yang tertera pada kemasan, regangkan lipatan labia, dan memasukkan aplikator 17,5 cm.serta dorong penarikan aplikator untuk mengeluarkan obat. Lalu lanjutkan sesuai dengan langkah nomor 8,9 10 dan 11.

Pemerian Obat pada Kulit
            Memberikan obat pada kulit merupakan pemberian obat dengan mengoleskannya dikulit yang bertujuan yang mempertahankan hidrasi, melindungi permukaan kulit, mengurangi iritasi kulit, atau mengatasi infeksi. Jenis obat kulit yang diberikan dapat bermacam – macam seperti krim, lotion, aerosol, dan spray.
Persiapan alat dan bahan :
1.      Obat dalam tempatnya ( seperti krim, lotion, aerosol, dan spray)
2.      Pinset anatomi
3.      Kain kasa
4.      Kertas tisu
5.      Balutan
6.      Pengalas
7.      Air sabun, air hangat
8.      Sarung tangan
Prosedur Kerja :
1.      Cuci tangan
2.      Jelaskan pada pasien mengenai prosedur yang akan dilakukan
3.      Pasang pengalas di bawah daerah yang akan dilakukan tindakan.
4.      Gunakan sarung tangan
5.      Bersihkan daerah yang akan diberi obat dengan air hangat (apabila terdapat kulit mengeras ) dan gunakan pinset anatomi
6.      Berikan obat sesuai dengan indikasi dan cara pemakaian seperti mengoleskan dan mengompres
7.      Kalau perlu, tutup dengan kain kasa atau balutan pada daerah yang diobati
8.      Cuci tangan
Pemberian obat pada mata
Persiapan alat dan bahan :
1.      Obat dalam tempatnya dengan penetes steril atau berupa salep
2.      Pipet
3.      Pinset anatomi dan tempatnya
4.      Korentang dalam tempatnya
5.      Plester
6.      Kain kasa
7.      Kertas tisu
8.      Balutan
9.      Sarung tangan
10.  Air hangat/ kapas pelembab
Prosedur Kerja :
1.      Cuci tangan
2.      Jelaskan pada pasien mengenai prosedur yang akan dilakukan
3.      atur posisi pasien dengan kepala menengadah dengan posisi perawat disamping kanan.
4.      Gunakan sarung tangan.
5.      Bersihkan daerah kelopak dan bulu mata dengan kapas lembab dari sudut mata kea rah hidung.abila sangat kotor, basuh dengan air hangat
6.      Buka mata dengan menekan perlahan – lahan bagian bawah dengan ibu jari, jari telunjuk diatas tulang orbital
7.      Teteskan obat mata di atas sakus konjungtiva. Setelah tetasan selesai sesuai dengan dosis, anjurkan pasien untuk menutup mata dengan perlahan – lahan, apabila menggunakan obat penetes mata.
8.      Apabila obat mata jenis salep pegang aplikator salep diatas pinggir kelopak mata. Kemudian pencet tube sehingga obat keluar dan berikan obat pada kelopak mata bawah.setelah itu anjurkan pasien untuk melihat kebawah, secara bergantian dan berikan obat pada kelopak mata bagian atas. Biarkan pasien untuk memejamkan mata dan menggerakan kelopak mata.
9.      Tutup mata dengan kasa bila perlu
10.  Cuci tangan
11.  Catat obat, jumlah, waktu dan tempat pemberian.

Pemberian obat pada telinga
Pemberian obat pada telinga dilakukan dengan obat tetes telinga/salep.
Persiapan alat dan bahan :
1.      Obat dalam tempatnya
2.      Penetes
3.      Speculum telinga
4.      Pinset anatomi dalam tempatnya
5.      Korentang dalam tempatnya
6.      Plester
7.      Kain kasa
8.      Kapas tisu
9.      Balutan

Prosedur kerja :
1.      Cuci tangan
2.      Jelaskan pada pasien mengenai prosedur yang akan dilakukan
3.      Atur posisi pasien dengan kepala miring ke kanan / ke kiri sesuai dengan daerah yang akan di obati. Usahakan agar lobang telinga pasien ke atas.
4.      Luruskan lubang telinga dengan menarik daun telinga ke atas atau ke belakang pada orang dewasa dan bawah pada anak.
5.      Apabila berupa obat tetes, maka teteskan dengan jumlah sesuai dosis pada dinding saluran untuk mencegah terhalang oleh gelembung udara.
6.      Apabila berupa salep maka ambil kapas lidi dan masukkan atau oleskan salep pada liang telinga.
7.      Pertahankan posisi kepala 2- 3 menit
8.      Tutup telinga dengan pembalut dan plester jika perlu
9.      Cuci tangan
10.  Catat jumlah, tanggal, dan dosis pemberian.

Pemberian Obat Pada Hidung
Memberikan obat tetes hidung dapat dilakukan pada hidung seseorang dengan keradangan hidung (rhinitis) atau nasofaring.
1.      Persiapan alat dan bahan : Obat dalam tempatnya
2.      Penetes
3.      Speculum hidung
4.      Pinset anatomi dalam tempatnya
5.      Korentang dalam tempatnya
6.      Plester
7.      Kain kasa
8.      Kapas tisu
9.      Balutan
Prosedur Kerja :
1.      Cuci tangan
2.      Jelaskan pada pasien mengenai prosedur yang akan dilakukan
3.      Atur posisi pasien dengan cara :
a.       Duduk di kursi dengan kepala menengadah ke belakang.
b.      Berbaring dengan kepala ekstensi pada tepi tempat tidur
c.       Berbaring dengan bantal di bawah bahu dan kepala tengadah ke belakang.
4.      Berikan tetesan obat sesuai dengan dosis pada tiap lubang hidung
5.      Pertahankan posisi kepala tetap tengadah ke belakang selama 5 menit
6.      Cuci tangan.
7.      Catat cara, tanggal, dosis pemberian obat.
8.       
Manajemen Nyeri
Ada beberapa cara untuk mengatasi nyeri yang dapat dilaksanakan oleh petugas kesehatan, diantaranya :
1.      Mengurangi factor yang dapat menambah nyeri misalnya
a.       Ketidakpercayaan
Pengakuan akan rasa nyeri yang di derita pasien dapat mengurangi nyeri.  Hal ini dapat dilakukan dengan pernyataan verbal, mendengarkan dengan pebuh perhatian mengenai keluhan nyeri pasien, dan mengatakan kepada pasien bahwa petugas kesehatan mengkaji rasa nyeri pasien agar dapat lebih memahami tentang nyeri.
b.      Kesalahpahaman
Mengurangi kesalahpahaman pasien tentang nyerinya akan membantu mengurangi nyeri. Hal ini dilakukan dengan member tahukan pasien bahwa nyeri yang dialami sangat individual dan hanya pasien yang tau secara pasti tentang nyerinya.
c.       Ketakutan
Memberikan informasi yang tepat dapat membantu mengurangi ketakutan pasien dengan menganjurkan pasien untuk mengekspresikan bagaimana mereka menangani nyeri.
d.      Kelelahan
Kelelahan dapat memperberat nyeri. Untuk mengatasinya, kembangkan pola aktifitas yang dapat memberikan istirahat yang tutup.
e.       Kebosanan
Untuk mengurangi nyeri dapat menggunakan pengalih perhatian yang bersifat terapeutik.
Beberapa teknik pengalih perhatian adalah bernapas perlahan dan berirama, memijat secara perlahan, aktif mendengarkan music, membayangkan hal – hal yang menyenagkan dan lain – lain.

2.      Memodifikasi stimulus nyeri dengan menggunakan teknik – teknik seperti :
Teknik latihan pengalihan :
a.     Menonton televise
b.    Berbincang – bincang dengan orang lain
c.     Mendengarkan musik

Teknik relaksasi :
a.       Menganjurkan pasien untuk menarik napas dalam dan mengisi paru – paru dengan udara, menghembuskan secara perlahan, melemaskan otot – otot tangan, kaki, perut dan punggung. Serta mengulangi hal yang sma sambil terus berkosentrasi hingga pasien merasa, nyaman, tenang, dan rileks.

Stimulasi kulit :
a.     Menggosok dengan halus pada daerah nyeri
b.    Menggosok punggung
c.     Menggunakan air hangat dan dingin
d.    Memijat dengan air mengalir

3.      Pemberian obat analgesic
Dilakukan guna mengganggu atau memblok transmisi stimulus nyeri agar terjadi perunahan persepsi denggan cara mengurangi kortikal terhadap nyeri. Jenis analgesiknya adalah narkotika dan bukan narkotika. Jenis narkotika digunakan untuk menurunkan tekanan darah dan menimbulkan depresi pada fungsi vital, seperti respirasi. Jenis bukan narkotik yang paling banyak dikenal di masyarakat adalah aspirin, asetaminofen, dan bahan antiinflamasi nonsteroid.




Nama Genetik
Nama Dagang
Dosis
Cara Pemberian
Serangan
Puncak
Lamanya khasiat
Morphine sulfate
-
5-20 mg per 3-4 jam
Sc, Im
5-10 menit
60 menit
4-6 jam
Cordein sulfate
-
15-60 mg per 3-4 jam
Sc,Po
5-30 menit
30-60 menit
3-4 jam
Hydromorphone hydroclorid
Dilaudid
2-4 mg per 4-6 jam
Iv,Im,Sc,Po
5-15 menit
1 jam
4-6 jam
Meperidine hydroclorid
Demeral
50-150 mg per 3-4 jam
Iv,Im,Sc,Po
10-15 menit
30-60 menit
2-4 jam
Methadone
Dolophine
2,5-10 mg per 3-4 jam
Im,Sc,Po
10 menit
1-2 jam
4-6 jam
Pentazocine
Talwin
50-100 mg per 3-4 jam
Po

0,5-2 jam
3-4 jam

4.      Pemberian stimulator listrik, yaitu dengan memblok atau mengubah stimulus nyeri dengan stimulus yang kurang dirasakan. Bentuk stimulator metode stimulus listrik meliputi :
a.       Transcutaneus electrical nerve stimulator (TENS), yang digunakan untuk mengendalikan stimulus manual daerah nyeri tertentu dengan menempatkan beberapa electrode di luar.
b.      Percutaneus implanted spinal cord epidular stimulator merupakan alat stimulator yang diimplan dibawah kulit dengan transistor timah penerima pada daerah epidural dan columna vertebrae.
c.       Stimulator columna vertebrae, sebuah stimulator dengan stimulus alat penerimaan transistor yang dicangkok melalui kantong kulit intraklavicula atau abdomen, yakni elektroda yang ditanam dengan cara bedah pada dosum sumsum tulang belakang.




Terapi Kompres Hangat
 Merupakan tidakan dengan memberikan kompres hangat untuk memenuhi kebutuhan rasa nyaman, mengurangi dan membebaskan nyeri, mengurangi atau mencegah terjadinya spasme otot, dan memberikan rasa hangat.

Persiapan Alat dan Bahan :
1.         Botol berisi air panas (suhu 46-51,5 derajat)/air hangat
2.         Termometer air
3.         Kain pembungkus

Cara Kerja
1.         Cuci tangan
2.         Jelaskan pada pasien mengenai prosedur yang akan dilakukan
3.         Isi botol dengan air panas
4.         Tutup botol yang telah di isi air panas kemudian keringkan.
5.         Masukkan botol kedalam kantong kain. Bila menggunakan kain, masukan kain pada air hangat lalu peras.
6.         Tempatkan botol/lkain yang suda diperas pada daerah yang akan dikompres.
7.         Angkat botol/kain tersebut setelah 20 menit, kemudian isi lagi botol/masukan lagi kain ke dalam air panas lalu peras. Taruh lagi botol/kain pada daerah yang akan dikompres.
8.         Catat perubahan yang akan terjadi selama tindakan.
9.         Cuci tangan.


Terapi Kompres Dingin
Meruoakan tindakan dengan memberikan kompres dingin untuk memenuhi kebutuhan rasa nyaman, menurunkan suhu tubuh, mengurangi rasa nyeri, mencegah edema, dan mengontrol peredaran darah dengan meningkatankan vasokontriksi.

Persiapan Alat dan Bahan:
1.         Termometer
2.         Air dingin
3.         Kain/kantong pelindug
4.         Kantong es atau sejenisnya

Cara Kerja:
1.         Cuci tangtan
2.         Jelaskan pada pasien mengenai prosedur yang akan dilakukan
3.         Ukur suhu tubuh
4.         Masukan air dingin pada kantong es. Bila menggunakan kain, masukan kain pada air dingin lalu diperas.
5.         Latakan kantong/kain pada daerah yang akan dikompres seperti daerah aksila, di daerah yang sakit.
6.         Catat perubahan yang terjadi selama tindakan
7.         Cuci tangan























RANGKUMAN

            Obat merupakan sebuah substansi yang diberikan kepada manusia atau binatang sebagai perawatan, pengobatan, atau bahkan pencegahan terhadap berbagai penggunaan yang terjadi didalam tubuh. Dalam pelaksanaannya, tenaga medis memiliki tanggung jawab dalam keamanan obat dan pemberian secara langsung ke pasien.
            Obat yang digunakan sebiknya memenuhi berbagai standar persyaratan obat, diantaranya kemurnian , yaitu suatu keadaan yang dimiliki obat karena unsure keasliannya tidak ada percampuran, dan standar potensi yang baik. Selain kemurnian, obat juga harus memiliki bioapailabilitas berupa keseimbangan obat, keamanan, dan efektifitas. Standar-standar tersebut harus dimiliki obat agar menghasilkan efek yang baik akan obat itu sendiri.
            Sebagai bahan atau benda asing yang masuk kedalam tubuh, obat akan bekerja sesuai dengan proses kimiawi melalui reaksi obat. Reaksi obat dapat dihitung dalam satuan waktu paru, yakni suatu interval waktu yang di perukan dalam tubuh untuk proses elominasi, sehingga terjadi pengurangan kosentrasi setengah dari kadar puncak obat dalam tubuh.

            TEKNIK PEMBERIAN OBAT
1.      Pemberian Obat Melalui Oral
2.      Pemberian Obat Melalui Jaringan Intrakutan (IC)
3.      Pemberian Obat Melalui Jaringan Subkutan (SC)
4.      Pemberian Obat Melalu Wadah Intravena (Secara Tidak Langsung)
5.      Pemberian Obat Melalui Selang IntraVena
6.      Pemberian obat melalui intramuscular(IM)
7.      Pemberian Obat Melalui Rektum
8.      Pemberian Obat  Vagina
9.      Pemerian Obat pada Kulit
10.  Pemberian obat pada mata
11.  Pemberian obat pada telinga
12.  Pemberian Obat Pada Hidung






REFERENSI

Uliya Musrifatul dan A.Azis Alimul Hidayat. 2008. Praktikum Keterampilan Dasar Praktik klinik Aplikasi Dasar-dasar Praktik Kebidanan, Jakarta: Salemba Medika.


Tubuh memerlukan energi untuk fungsi-fungsi organ tubuh, pergerakan tubuh, mempertahankan suhu, fungsi enzim, pertumbuhan dan pergantian sel yang rusak. Metabolisme merupakan semua proses biokimia pada sel tubuh. Proses metabolisme dapat berupa anabolisme (membangun) dan katabolisme (pemecah).
Masalah nutrisi erat kaitannya dengan intake makanan dan metabolisme tubuh serta faktor-faktor yang mempengaruhinya. Secara umm faktor yang mempengaruhi kebutuhan nutrisi adalah faktor fisiologis untu kebutuhan metabolisme bassal, faktor patologis seperti adanya penyakit tertentu yang menganggu pencernaan atau meningkatkan kebutuhn nutrisi, faktor sosio-ekonomi seperti adanya kemampuan individu dalam memenuhi kebutuhan nutrisi.
Nutrisi sangat penting bagi manusia karena nutrisi merupakan kebutuhan fital bagi semua makhluk hidup, mengkonsumsi nutrien (zat gizi) yang buruk bagi tubuh tiga kali sehari selama puluhan tahun akan menjadi racun yang menyebabkan penyakit dikemudian hari
Dalam pemenuhan kebutuhan nutrisi ada sistem yang berperan di dalamnya yaitu sistem pencernaan yang terdiri atas saluran pencernaan dan organ asesoris, saluran pencernaan dimulai dari mulut sampai usu halus bagian distal. Sedangkan organ asesoris terdiri dari hati, kantong empedu dan pankreas.
Nutrisi sangat bermanfaat bagi tubuh kita karena apabila tidak ada nutrisi maka tidak ada gizi dalam tubuh kita. Sehingga bisa menyebabkan penyakit / terkena gizi buruk oleh karena itu kita harus memperbanyak nutrisi.


rangkuman
Nutrisi adalah zat-zat gizi atau zat lain yang berhubungan dengan kesehatan dan penyakit, termasuk keseluruhan proses pemasukan dan pengolahan zat makanan oleh tubuh manusia yang bertujuan menghasilkan energi yang nantinya akan digunakan untuk aktivitas tubuh serta mengeluarkan zat sisanya (hasil metabolisme). Nutrisi dapat dikatakan sebagai ilmu tentang makanan, zat-zat gizi dan zat lain yang terkandung, aksi, reaksi, dan keseimbangan yang berhubungan dengan kesehatan dan penyakit.
Zat gizi (nutrient) merupakan zat yang terdapat didalam makanan :
1.       Karbohidrat
2.       Lemak
3.       Protein
4.       Mineral
5.       Vitamin
6.       Air.

1 komentar:

  1. Coin Casino Review
    Read 온카지노 our review of Coin Casino and claim a 제왕 카지노 €1000 Bonus! Discover games, promotions, games, and 인카지노 more ➤ Claim Your €1000 Welcome Bonus! Rating: 4.4 · ‎Review by CasinoRewards

    BalasHapus