BAB I
PENDAHULUAN
Obat adalah suatu bahan atau
campuran bahan yang dimaksudkan untuk digunakan dalam menentukan diagnosis,
mencegah, mengurangi, menghilangkan, menyembuhkan penyakit atau gejala
penyakit, luka atau kelainan badaniah atau rohaniah pada manusia atau hewan,
termasuk memperelok tubuh atau bagian tubuh manusia. Meskipun obat dapat
menyembuhkan penyakit, tetapi masih banyak juga orang yang menderita akibat
keracunan obat. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa obat dapat bersifat
sebagai obat dan dapat juga bersifat sebagai racun. Obat itu akan bersifat
sebagai obat apabila tepat digunakan dalam pengobatan suatu penyakit dengan
dosis dan waktu yang tepat. Jadi, apabila obat salah digunakan dalam pengobatan
atau dengan dosis yang berlebih maka akan menimbulkan keracunan dan bila
dosisnya kecil tidak akan memperoleh penyembuhan.
Bahan
obat jarang diberikan sendiri-sendiri, lebih sering merupakan suatu formula
yang dikombinasi dengan satu atau lebih zat yang bukan obat yang bermanfaat
untuk kegunaan farmasi. Bentuk-bentuk sediaan yang dapat digunakan beragam.
Bentuk yang populer adalah tablet, kapsul, kaplet, suspense dan berbagai
larutan sediaan farmasi.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 PENGERTIAN OBAT
Obat
merupakan sebuah substansi yang diberikan kepada manusia atau binatang sebagai
perawatan, pengobatan, atau bahkan pencegahan terhadap berbagai penggunaan yang
terjadi didalam tubuh. Dalam pelaksanaannya, tenaga medis memiliki tanggung
jawab dalam keamanan obat dan pemberian secara langsung ke pasien.
Farmakologi
menjadi penting karena mempelajari efek tentang efek dari obat, sehingga
diharapkan mampu mengevaluasi evek pengobatan. Pada aspek obat, ada beberapa
istilah yang penting kita ketahui diantaranya : nama generic merupakan nama
pertama dari pabrik yang sudah mendapatkan lisensi, kemudian ada nama resmi
yang memiliki arti nama dibawa lisensi salah satu publikasi yang resmi, nama
kimiawi merupakan nama yang berasal dari susunan zat kimia nya seperti
actyacetylsalicyic acid atau Aspirin, kemudian nama dagang (prademark)
merupakan nama yang keluar sesuai dengan perusahaan atau pabrik dalam
menggunakan symbol seperti eccortin, bufferin, mfirin,analgesic, dll.
A.
Standar
Obat
Obat yang digunakan sebiknya memenuhi berbagai standar
persyaratan obat, diantaranya kemurnian , yaitu suatu keadaan yang dimiliki
obat karena unsure keasliannya tidak ada percampuran, dan standar potensi yang
baik. Selain kemurnian, obat juga harus memiliki bioapailabilitas berupa
keseimbangan obat, keamanan, dan efektifitas. Standar-standar tersebut harus
dimiliki obat agar menghasilkan efek yang baik akan obat itu sendiri.
B.
Reaksi
Obat
Sebagai
bahan atau benda asing yang masuk kedalam tubuh, obat akan bekerja sesuai
dengan proses kimiawi melalui reaksi obat. Reaksi obat dapat dihitung dalam
satuan waktu paru, yakni suatu interval waktu yang di perukan dalam tubuh untuk
proses elominasi, sehingga terjadi pengurangan kosentrasi setengah dari kadar puncak
obat dalam tubuh.
2.2 FAKTOR YANG MEMPENGARUHI REAKSI OBAT
Beberapa factor yang mempengaruhi reksi pengobatan
diantaranya Absorbsi obat, distribusi obat dalam tubuh, metbolisme
(biotranformasi obat), dan eksresi
1.
Absorbs
obat
Merupakan proser
pergerakan obat dari sumber ke dalam tubuh melalui aliran darah kecuali
darijenis topika. Hal ini mempengaruhi oleh cara dan jalur pemberian obat,
jenis obat, keadaan tempat, makanan, dan keadaan pasien.
2.
Distribusi
obat kedalam tubuh
Setelah obat di
absorbsi, kemudian obat di distribusikan kedalam darah melalui paskular dan
system limfatis menuju sel dan masuk kedalam jarungan tertentu. Proses ini
dapat di pengaruhi oleh keseimbangan cairan elektrolit dan keadaan patologis .
3.
Metabolisme
obat
Setelah melalui
sirkulasi obat akan mengalami metabolism. Obat akan ikut sirkulasi ke dalam
jaringan kemudian berinteraksi dengan sel dan melakukan sebuah perubahan zat
kimia hingga menjadi lebih aktif. Obat yang tidak bereaksi akan di ekskresikan.
4.
Ekskresi
sisa
Setelah obat
mengalami metabolism atau pemecahan, akan terdapat sisa zat yang tidak dapat
dipakai. Sisa zat ini tidak bereaksi kemudian keluar melalui ginjal dan dalam
bentuk urine, dari intestinal dalam bentuk feses, dan dari paru-paru dalam
bentuk udara.
2.3 PERSIAPAN
PEMBERIAN OBAT
Sebelum
memberikan obat kepada pasien, ada beberapa syarat yang perlu di perhatikan
untuk menjamin keamanan dalam pemberian obat, diantaranya :
1.
Tepat
obat
Sebelum
mempersiapkan obat ke tempatnya petugas medis harus memperhatikan kebenaran
obat sebanyak 3 kali, yakni : ketika memindahkan obat dari tempat penyimpanan
obat, saat obat di programkan, dan saat pengembalian obat ke tempat
penyimpanan.
2.
Tepat
dosis
Untuk
menhindari kesalahan dalam pemberian obat, maka penentuan dosis harus di
perhatikan dengan menggunakan alat standar seperti obat cair harus di lengkapi
alat tetes, gelas ukur, spuit, atau sendok khusus, alat untuk membela tablet,
dll. Dengan demikian, penghitungan dosis benar untuk diberikan ke pasien.
3.
Tepat
pasien
Obat yang
akan diberikan hendaknya benar pada pasien yang di programkan. Hal ini
dilakukan dengan mengidentifikasikan identitas kebenaran obat, yaitu
mencocokkan nama, nomor register, alamat, dan program pengobatan pada pasien.
4.
Tepat
jalur pemberian
Kesalahan
rute pemberian dapat menimbulkan efek sistemik yang fatal pada pasien. Untuk
itu, cara pemberian nya adalah dengan melihat cara pemberian / jalur obat pada
label yang ada sebelum memberikannya ke pasien.
5.
Tepat
waktu
Pemberian
obat harus benar-benar sesuai dengan waktu yang di programkan, karena
berhubungan dengan kerja obat yang dapat menimbulkan efek trapi dan obat.
2.4 PENGHITUNGAN
DOSIS OBAT
-
Dosis
pada Bayi dan Anak Balita
Pemberian
dosis obat pada bayi dan balita sering kali menimbulkan perbedaan, mengingat
anak masih dalam tahap proses pertumbuhan dan perkembangan. Khususnya anak yang
lahir premature, akan sangat kesulitan dalam penetapan dosis obat mengingat
organ belum berfungsi dengan sempurna seperti fungsi ginjal, susunan saraf
pusat atau lainnya sehingga proses absorbsi, distribusi, metabolism, dan
eskresi obat akan terganggu atau tidak maksimal. Terdapat perbedaan penentuan
pemberian obat pada anak. Banyak para ahli yang membedakan, tetapi pada prinsip nya penentuan dosis
dapat disimpulkan oleh dua standar, yakni berdasarkan luas permukaan tubuh dan
berat badan.
Berikut ini ada rumus penghitungan dosis obat untuk
anak antara lain :
1.
Young
Da =
n Dd (mg) tidak untu anak >
12 tahun
n + 12
|
2. Dilling
Da = n + Dd (mg)
20
|
Gaubius
3.
Gaubius
Da = 1 + Dd (mg) (untuk anak sampai umur 1
tahun)
12
Da = 1 + Dd (mg) (untuk anak 1-2 tahun)
8
Da = 1 + Dd (mg) (untuk anak 2-3 tahun)
6
Da = 1 + Dd (mg) (untuk anak 3-4 tahun)
4
Da = 1 + Dd (mg) (untuk anak 4-7 tahun)
3
|
4. Fried
Da =
m + Dd (mg)
150
|
Keterangan : m = umur anak dalam bulan
5. Sagel
Da = (13w + 15) + Dg (mg) (umur 0 – 20 minggu)
100
Da = (8w + 7) + Dg (mg) (umur 0 – 20 minggu)
100
Da = (3w + 12) + Dg (mg) (umur 0 – 20 minggu)
100
|
6. Clark
Da = w
anak Dd (mg)
W
dewasa
|
Keterangan : w = berat badan / kg
7. Berdasarkan area permukaan tubuh
Dosis
anak = Area permukaan tubuh anak x Dosis dewasa normal
1,7 m2
|
2.5
TEKNIK PEMBERIAN OBAT
Pemberian obat kepada pasien dapat
dilakukan melalui beberapa cara di antaranya : oral, parenteral, rectal,
vaginal, mata, telinga, dan hidung. Pemberian dilakukan dengan menggunakan
prinsip lima tepat yakni tepat nama pasien, tepat nama obat, tepat dosis obat,
tepat cara pemberian, dan tepat waktu pemberian.
Pemberian Obat Melalui Oral
Pemberian obat
melalui obat dilakukan dengan tujuan mencegah, mengobati, dan mengurangi rasa
sakit sesuai dengan efek terapi dan jenis obat.
Periapan alat
dan bahan :
1.
Daftar
buku obat/catatan, jadwal pemberian obat.
2.
Obat
dan tempatnya
3.
Air
minum dan tempatnya.
Prosedur Kerja :
1.
Cuci
tangan
2.
Jelaskan
pada pasien mengenai prosedur yang akan dilakukan.
3.
Baca
obat, dengan berprinsip tepat obat, tepat pasien, tepat dosis, tepat waktu, dan
tepat tempat.
4.
Bantu
dengan cara untuk meminumkan nya dengan cara :
a.
Apabila
memberikan obat berbentuk tablet atau kapsul dari botol, maka tuangkan jumlah
yang dibutuhkan ke dalam tutup botol dan pindahkan ke tempat obat. Jangan
sentuh obat dengan tangan. Untuk obat berupa kapsul jangan di lepaskan
pembungkusnya.
b.
Kaji
kesulitan menelan. Bila ada, jadikan tablet dan bentuk bubuk dan campur dengan
minuman.
c.
Kaji
denyut nadi dengan tekanan darah sebelum pemberian obat yang membutuhkan
pengkajian.
5.
Catat
perubahan dan reaksi terhadap pemberian. Evaluasi respons terhadap obat dengan
mencatat hasil pemberian obat.
6.
Cuci
tangan.
Pemberian
Obat Melalui Jaringan Intrakutan (IC)
Memberikan
atau memasukkan obat kedalam jaringan kulit dilakukan sebagai tes reksi alergi
terhadap jenis obat yang akan di gunakan. Pemberian obat melalui jaringan
intrakutan ini dilakukan dibawah dermis atau epidermis. Secara umum, dilakukan
pada daerah lengan, tangan dan ventral.
Persiapan alat danbahan :
1.
Daftar
buku obat/catatan, jadwal pemberian obat.
2.
Obat
dan tempatnya
3.
Spuit
1 cc/spuit insulin
4.
Kapas
alcohol dalam tempatnya
5.
Cairan
pelarut
6.
Bak
steril dilapisi kas steril (tempat spuit)
7.
Bengkok
8.
Perlak
dan alasnya.
Prosedur kerja :
1.
Cuci
tangan
2.
Jelaskan
pada pasien mengenai prosedur yang akan dilakukan.
3.
Bebaskan
daerah yang akan disuntik. Bila menggunakan baju lengan panjang buka dank e
atasan.
4.
Pasang
perlak / pengalas di bawah bagian yang disuntik.
5.
Ambil
obat untuk tes alergi, kemudian larutan/encerkan dengan akuades (cairan
pelarut). Selanjutnya, ambil 0,5 cc dan encerkan lagi sampai -+ 1cc. lalu
siapkan pada bak injeksi atau steril.
6.
Desinfeksi
dengan kapas alcohol pada daerah yang akan disuntik.
7.
Tegangkan
daerah yang akan disuntik dengan tangan kiri.
8.
Lakukan
penusukan dengan lubang menghadap ke atas yang sudutnya 20 derajat terhadap
permukaan kulit.
9.
Semprotkan
obat hingga terjadi gelembung
10. Tarik spuit dan tidak boleh dilakukan massege.
11. Cuci tangan
12. Catat reaksi pemberian, hasil pemberian obat/tes
obat,tanggal,waktu, dan jenis obat.
Pemberian
Obat Melalui Jaringan Subkutan (SC)
Pemberian
obat melalui suntikan di bawah kulit dapat dilakukan pada daerah lengan atas
sebelah luar atau 1/3 bagian dari bahu. Paha sebelah luar, daerah dada, dan
daerah sekitar umbilicus (abdomen). Umumnya, pemberian obat melalui jaringan
subkutan ini dilakukan dalam program pemberian insulin yang digunakan untuk
mengontrol kadar gula darah. Terdapat dua tipe larutan insulin yang diberikan,
yaitu jernih dan keruh. Larutan jernih dimaksudkan sebagai insulin tipe reaksi
cepat (insulin regular). Larutan yang keruh termasuk tipe lambat karena adanya
penambahan protein sehingga memperlambat absorpsi obat.
Persiapan alat dan bahan :
1.
Daftar
buku obat/catatan, jadwal pemberian obat
2.
Obat
dalam tempatnya
3.
Spuit
insulin
4.
Kapas
alcohol dalam tempatnya
5.
Cairan
pelarut
6.
Bak
injeksi
7.
Bengkok
8.
Perlak
dan alasnya
Prosedur Kerja :
1.
Cuci
tangan
2.
Jelaskan
pada pasien mengenai prosedur yang akan dilakukan
3.
Bebaskan
daerah yang disuntik atau bebaskan suntikan dari pakaian. Apabila menggunakan
baju, maka dibuka atau dikeataskan
4.
Ambil
obat dalam tempatnya sesuai dengan dosis yang akan diberikan. Setelah itu,
tempatkan pada bak injeksi
5.
Desinfeksi
dengan kapas alcohol
6.
Tegangkan
dengan tangan kiri (daerah yang akan dilakukan suntikan subkutan).
7.
Lakukan
penusukan dengan lubang menghadap keatas, yang sudut 450 dengan
permukaan kulit.
8.
Lakukan
aspirasi. Bila tidak ada darah, semprotkan obat perlahan-lahan hingga habis
9.
Tarik
spuit dan tahan dengan kapas alcohol. Masuk kan spuit yang telah dipakai
kedalam bengkok
10. Catat reaksi pemberian, tanggal, waktu pemberian, dan
jenis / dosis obat.
11. Cuci tangan.
Pemberian Obat Melalu Wadah Intravena (Secara Tidak
Langsung)
Memberikan obat intravena melalui
wadah merupakan pemberian obat dengan menambahkan atau memasukkan obat ke dalam
wadah caira intravena. Tujuannya untuk meminimalkan efek samping dan mempertahankan kadar terapeutik dalam
darah.
Persiapan alat
dan bahan :
1.
Spuit
dan jarum sesuai dengan ukuran
2.
Obat
dalam tempatnya
3.
Wadah
cairan( kantong / botol)
4.
Kapas
alcohol
Prosedur Kerja :
1.
Cuci
tangan
2.
Jelaskan
pada pasien mengenai prosedur yang akan dilakukan
3.
Periksa
identitas pasien, kemudian ambil obat dan masukkan kedalam spuit.
4.
Cari
tempat penyuntikan obat pada daerah kantong.
5.
Lakukan
disenfeksi dengan kapas alcohol dan stop
aliran
6.
Lakukan
penyuntikan dengan memasukkan jarum spuit hingga menembus bagian tengah dan
masukkan obat perlahan –lahan ke dalam kantong / wadah cairan
7.
Setelah
selesai, tarik spuit dan campur larutan dengan membalikkan kantong cairan
secara perlahan – lahan dari satu ujung ke ujung lainnya.
8.
Perikasa
kecepatan infuse.
9.
Cuci
tangan
10. Catat reaksi pemberian, tanggal, waktu, dan dosis
pemberian obat
Pemberian Obat Melalui Selang IntraVena
Persiapan alat
dan bahan :
1.
Spuit
dan jarum yang sesuai dengan ukuran
2.
Obat
dalam tempatnya
3.
Selang
intravena
4.
Kapas
alcohol
Prosedur Kerja :
1.
Cuci
tangan
2.
Jelaskan
pada pasien mengenai prosedur yang akan dilakukan
3.
Periksa
identitas pasien, kemudian ambil obat dan masukkan ke dalam spuit
4.
Cari
tempat penyuntikan obat pada daerah selang intavena
5.
Lakukan
disinfeksi dengan kapas alcohol dan stop aliran
6.
Lakukan
penyuntikan dengan memasukkan jarum spuit hingga menembus bagian tengah dan
masukkan obat secara perlahan – lahan ke dalam selang intravena.
7.
Setelah
selesai, tarik spuit
8.
Periksa
kecepatan infuse dan observasi reaksi obat
9.
Cuci
tangan
10. Catat obat yang telah diberikan dan dosisnya.
Pemberian obat melalui intramuscular(IM)
Memberikan obat melalui
intramuscular merupakan pemberian obat dengan memasukannya kedalam jaringan otot.
Lokasi penyuntikan dapat dilakukan di dorsogluteal (posisi tengkurap),
ventrogluteal (posisi terbaring), vastus lateralis (daerah paha), atau deltoid
(lengan atas). Tujuannya gar absorbsi obat dapat lebih cepat.
Persiapan alat
dan bahan :
1.
Daftar
buku obat/catatan, jadwal pemberian obat.
2.
Obat
dalam tempatnya.
3.
Spuit
dan jarum yang sesuai dengan ukuran: untuk orang dewasa, panjangnya 2.5 – 3,75
cm,sedangkan untuk anak, panjangnya 1,25-2,5 cm.
4.
Kapas
alcohol dalam tempatnya
5.
Cairan
pelarut
6.
Bak
injeksi
7.
‘bengkok
Prosedur kerja :
1.
Cuci
tangan
2.
Jelaskan
pada pasien mengenai prosedur yang akan dilakukan
3.
Ambil
obat kemudian masukkan ke dalam spuit sesuai dengan dosis. Setelah itu,
letakkan pada bak injeksi
4.
Periksa
pada tempat yang akan dilakukan penyuntikan
5.
Disinfeksi
dengan kapas alcohol pada tempat yang akan dilakukan penyuntikan
6.
Lakukan
penyuntikan
a.
Dorsogluteal,
dengan menganjurkan pasien untuk tengkurap dan lutup nya diputar kearah
dalam/miring. Pleksikan lutut bagian atas dan pinggul, serta letakkan di depan
tungkai bawah.
b.
Ventrogluteal,
dengan menganjurkan pasien untuk miring, tengkurap, atau terlentang. Lutut dan
pinggul pada posisi yang akan dilakukan penyuntikan dalam keadaan fleksi.
c.
Vastus
lateralis ( paha), dengan menganjurkan pasien untuk berbaring terlentang dengan
lutut sedikit fleksi.
d.
Deltoid
( Lengan Atas), dengan menganjurkan pasien untuk duduk/berbaring mendatar dan
lengan atas fleksi.
7.
Lakukan
penusukan menggunakan jarum dengan posisi tegak lurus
8.
Setelah
jarum masuk,lakukan aspirasi spuit. Bila tidak ada darah, seprotkan obat secara
perlahan – lahan hingga habis.
9.
Setelah
selesai, ambil spuit dengan menariknya.tekan daerah penyuntikan dengan kapas
alcohol, kemudian letakkan spuit yang telah digunakan pada bengkok.
10. Catat reaksi pemberian, jumlah dosis, dan waktu
pemberian.
11. Cuci tangan.
Pemberian Obat Melalui Rektum
Memberikan obat melalui rectum
dengan memberikan obat dengan memasukkan obat melalui anus dan kemudian rectum,
dengan tujuan memberikan efek local dan sistemik. Tindakan pengobatan ini
disebut pemberian obat supositoria yang bertujuan untuk mendapatkan efek terapi
obat, menjadikan lunak pada derah fese, dan merangsang membuang air besar.
Pemberian obat yang memiliki efek
local, seperti obat dulcolax supositoria, berfungsi untuk meningkatkan defekasi
secara local. Pemberian obat dengan efek sistemik, seperti obat aminofili
supositoria, berfungsi mendilatasi bronkus. Pemberian obat supositoria ini
diberikan tepat pada dinding rectal yang melewati sfingter ani internal.
Kontraindikasi pada pasien yang mengalami pembedahan rectal
Persiapan alat
dan bahan :
1.
Obat
supositoria dalam tempatnya
2.
Sarung
tangan
3.
Kain
kasa
4.
Vaselin
/ pelican/ pelumas
5.
Kertas
tisu
Prosedur kerja :
1.
Cuci
tangan
2.
Jelaskan
pada pasien mengenai prosedur yang akan dilakukan
3.
Gunakan
sarung tangan
4.
Buka
pembukus obat dengan kain kassa
5.
Oleskan
pelican pada ujung obat supositoria
6.
Regangkan
glutea dengan tangan kiri. Kemudian masukkan supositoria secara
perlahan.melalui anus, sfingter anal internal, serta mengenai dinding rectal 10
cm pada orang dewasa, 5cm pada bayi/anak.
7.
Setelah
selesai, tarik jari tangan dan bersihkan daerah sekitar anal dengan tisu
8.
Anjurkan
pasien untuk tetap berbaring / terletang selama 5 menit. Setelah selesai
lepaskan sarung tangan ke dalam bengkok.
9.
Cuci
tangan
10. Catat obat, jumlah dosis, dan cara pemberian.
Pemberian Obat Per Vagina
Pemberian obat melalui vagina
merupakan tindakan obat melalui vagina, yang bertujuan untuk mendapatkan efek
terapi obat dan mengobati saluran vagina/servik. Obat ini tersedia dalam bentuk
krim dan supositoria yang digunakan untuk menobati infeksi local.
Persiapan alat
dan bahan :
1.
Obat
dalam tempatnya
2.
Sarung
tangan
3.
Kain
kasa
4.
Kertas
tisu
5.
Kapas
sublimat dalam tempatnya
6.
Pengalas
7.
Korentang
dalam tempatnya
Prosedur kerja :
1.
Cuci
tangan
2.
Jelaskan
pasien mengenai prosedur yang akan dilakukan
3.
Gunakan
sarung tangan
4.
Buka
pembukus obat dan pegang dengan kain kasa
5.
Bersihkan
sekitar alat kelamin dengan kapas sublimat.
6.
Anjurkan pasien tidur dengan posisi dorsal
recumber
7.
Apabila
jenis obat supositoria, maka buka pembukus dan berikan pekumas pada obat
8.
regangkan
labia minora dengan tangan kiri dan masukkan obat sepanjang dinding kanan
vagina posterior sampai 7,5 – 10 cm
9.
setelah
obat masuk bersihkan daerah sekitar orifisium dengan labia dengan tisu
10. anjurkan untuk tetap dalam posisi selama 10 menit agar
obat bereaksi.
11. Cuci tangan
12. Catat jumlah, dosis, waktu, dan cara pemberian
Catatan :
Apabila
menggunakan obat jenis krim, isi aplikator krim / ikuti petunjuk krim yang
tertera pada kemasan, regangkan lipatan labia, dan memasukkan aplikator 17,5
cm.serta dorong penarikan aplikator untuk mengeluarkan obat. Lalu lanjutkan
sesuai dengan langkah nomor 8,9 10 dan 11.
Pemerian Obat pada Kulit
Memberikan obat pada kulit merupakan
pemberian obat dengan mengoleskannya dikulit yang bertujuan yang mempertahankan
hidrasi, melindungi permukaan kulit, mengurangi iritasi kulit, atau mengatasi
infeksi. Jenis obat kulit yang diberikan dapat bermacam – macam seperti krim,
lotion, aerosol, dan spray.
Persiapan alat
dan bahan :
1.
Obat
dalam tempatnya ( seperti krim, lotion, aerosol, dan spray)
2.
Pinset
anatomi
3.
Kain
kasa
4.
Kertas
tisu
5.
Balutan
6.
Pengalas
7.
Air
sabun, air hangat
8.
Sarung
tangan
Prosedur Kerja :
1.
Cuci
tangan
2.
Jelaskan
pada pasien mengenai prosedur yang akan dilakukan
3.
Pasang
pengalas di bawah daerah yang akan dilakukan tindakan.
4.
Gunakan
sarung tangan
5.
Bersihkan
daerah yang akan diberi obat dengan air hangat (apabila terdapat kulit mengeras
) dan gunakan pinset anatomi
6.
Berikan
obat sesuai dengan indikasi dan cara pemakaian seperti mengoleskan dan
mengompres
7.
Kalau
perlu, tutup dengan kain kasa atau balutan pada daerah yang diobati
8.
Cuci
tangan
Pemberian obat pada mata
Persiapan alat
dan bahan :
1.
Obat
dalam tempatnya dengan penetes steril atau berupa salep
2.
Pipet
3.
Pinset
anatomi dan tempatnya
4.
Korentang
dalam tempatnya
5.
Plester
6.
Kain
kasa
7.
Kertas
tisu
8.
Balutan
9.
Sarung
tangan
10. Air hangat/ kapas pelembab
Prosedur Kerja :
1.
Cuci
tangan
2.
Jelaskan
pada pasien mengenai prosedur yang akan dilakukan
3.
atur
posisi pasien dengan kepala menengadah dengan posisi perawat disamping kanan.
4.
Gunakan
sarung tangan.
5.
Bersihkan
daerah kelopak dan bulu mata dengan kapas lembab dari sudut mata kea rah
hidung.abila sangat kotor, basuh dengan air hangat
6.
Buka
mata dengan menekan perlahan – lahan bagian bawah dengan ibu jari, jari
telunjuk diatas tulang orbital
7.
Teteskan
obat mata di atas sakus konjungtiva. Setelah tetasan selesai sesuai dengan
dosis, anjurkan pasien untuk menutup mata dengan perlahan – lahan, apabila
menggunakan obat penetes mata.
8.
Apabila
obat mata jenis salep pegang aplikator salep diatas pinggir kelopak mata.
Kemudian pencet tube sehingga obat keluar dan berikan obat pada kelopak mata
bawah.setelah itu anjurkan pasien untuk melihat kebawah, secara bergantian dan
berikan obat pada kelopak mata bagian atas. Biarkan pasien untuk memejamkan
mata dan menggerakan kelopak mata.
9.
Tutup
mata dengan kasa bila perlu
10. Cuci tangan
11. Catat obat, jumlah, waktu dan tempat pemberian.
Pemberian obat pada telinga
Pemberian obat
pada telinga dilakukan dengan obat tetes telinga/salep.
Persiapan alat
dan bahan :
1.
Obat
dalam tempatnya
2.
Penetes
3.
Speculum
telinga
4.
Pinset
anatomi dalam tempatnya
5.
Korentang
dalam tempatnya
6.
Plester
7.
Kain
kasa
8.
Kapas
tisu
9.
Balutan
Prosedur kerja :
1.
Cuci
tangan
2.
Jelaskan
pada pasien mengenai prosedur yang akan dilakukan
3.
Atur
posisi pasien dengan kepala miring ke kanan / ke kiri sesuai dengan daerah yang
akan di obati. Usahakan agar lobang telinga pasien ke atas.
4.
Luruskan
lubang telinga dengan menarik daun telinga ke atas atau ke belakang pada orang
dewasa dan bawah pada anak.
5.
Apabila
berupa obat tetes, maka teteskan dengan jumlah sesuai dosis pada dinding
saluran untuk mencegah terhalang oleh gelembung udara.
6.
Apabila
berupa salep maka ambil kapas lidi dan masukkan atau oleskan salep pada liang
telinga.
7.
Pertahankan
posisi kepala 2- 3 menit
8.
Tutup
telinga dengan pembalut dan plester jika perlu
9.
Cuci
tangan
10. Catat jumlah, tanggal, dan dosis pemberian.
Pemberian Obat Pada Hidung
Memberikan obat
tetes hidung dapat dilakukan pada hidung seseorang dengan keradangan hidung
(rhinitis) atau nasofaring.
1.
Persiapan
alat dan bahan : Obat dalam tempatnya
2.
Penetes
3.
Speculum
hidung
4.
Pinset
anatomi dalam tempatnya
5.
Korentang
dalam tempatnya
6.
Plester
7.
Kain
kasa
8.
Kapas
tisu
9.
Balutan
Prosedur Kerja :
1.
Cuci
tangan
2.
Jelaskan
pada pasien mengenai prosedur yang akan dilakukan
3.
Atur
posisi pasien dengan cara :
a.
Duduk
di kursi dengan kepala menengadah ke belakang.
b.
Berbaring
dengan kepala ekstensi pada tepi tempat tidur
c.
Berbaring
dengan bantal di bawah bahu dan kepala tengadah ke belakang.
4.
Berikan
tetesan obat sesuai dengan dosis pada tiap lubang hidung
5.
Pertahankan
posisi kepala tetap tengadah ke belakang selama 5 menit
6.
Cuci
tangan.
7.
Catat
cara, tanggal, dosis pemberian obat.
8.
Manajemen Nyeri
Ada beberapa
cara untuk mengatasi nyeri yang dapat dilaksanakan oleh petugas kesehatan,
diantaranya :
1.
Mengurangi
factor yang dapat menambah nyeri misalnya
a.
Ketidakpercayaan
Pengakuan akan rasa nyeri
yang di derita pasien dapat mengurangi nyeri.
Hal ini dapat dilakukan dengan pernyataan verbal, mendengarkan dengan
pebuh perhatian mengenai keluhan nyeri pasien, dan mengatakan kepada pasien
bahwa petugas kesehatan mengkaji rasa nyeri pasien agar dapat lebih memahami
tentang nyeri.
b.
Kesalahpahaman
Mengurangi kesalahpahaman
pasien tentang nyerinya akan membantu mengurangi nyeri. Hal ini dilakukan
dengan member tahukan pasien bahwa nyeri yang dialami sangat individual dan
hanya pasien yang tau secara pasti tentang nyerinya.
c.
Ketakutan
Memberikan informasi yang
tepat dapat membantu mengurangi ketakutan pasien dengan menganjurkan pasien
untuk mengekspresikan bagaimana mereka menangani nyeri.
d.
Kelelahan
Kelelahan dapat memperberat
nyeri. Untuk mengatasinya, kembangkan pola aktifitas yang dapat memberikan
istirahat yang tutup.
e.
Kebosanan
Untuk mengurangi nyeri dapat
menggunakan pengalih perhatian yang bersifat terapeutik.
Beberapa teknik pengalih
perhatian adalah bernapas perlahan dan berirama, memijat secara perlahan, aktif
mendengarkan music, membayangkan hal – hal yang menyenagkan dan lain – lain.
2.
Memodifikasi
stimulus nyeri dengan menggunakan teknik – teknik seperti :
Teknik latihan pengalihan :
a.
Menonton
televise
b.
Berbincang
– bincang dengan orang lain
c.
Mendengarkan
musik
Teknik relaksasi :
a.
Menganjurkan
pasien untuk menarik napas dalam dan mengisi paru – paru dengan udara,
menghembuskan secara perlahan, melemaskan otot – otot tangan, kaki, perut dan
punggung. Serta mengulangi hal yang sma sambil terus berkosentrasi hingga
pasien merasa, nyaman, tenang, dan rileks.
Stimulasi kulit :
a.
Menggosok
dengan halus pada daerah nyeri
b.
Menggosok
punggung
c.
Menggunakan
air hangat dan dingin
d.
Memijat
dengan air mengalir
3.
Pemberian
obat analgesic
Dilakukan
guna mengganggu atau memblok transmisi stimulus nyeri agar terjadi perunahan
persepsi denggan cara mengurangi kortikal terhadap nyeri. Jenis analgesiknya
adalah narkotika dan bukan narkotika. Jenis narkotika digunakan untuk
menurunkan tekanan darah dan menimbulkan depresi pada fungsi vital, seperti
respirasi. Jenis bukan narkotik yang paling banyak dikenal di masyarakat adalah
aspirin, asetaminofen, dan bahan antiinflamasi nonsteroid.
Nama
Genetik
|
Nama
Dagang
|
Dosis
|
Cara
Pemberian
|
Serangan
|
Puncak
|
Lamanya
khasiat
|
Morphine
sulfate
|
-
|
5-20 mg
per 3-4 jam
|
Sc, Im
|
5-10
menit
|
60
menit
|
4-6 jam
|
Cordein
sulfate
|
-
|
15-60
mg per 3-4 jam
|
Sc,Po
|
5-30
menit
|
30-60
menit
|
3-4 jam
|
Hydromorphone
hydroclorid
|
Dilaudid
|
2-4 mg
per 4-6 jam
|
Iv,Im,Sc,Po
|
5-15
menit
|
1 jam
|
4-6 jam
|
Meperidine
hydroclorid
|
Demeral
|
50-150
mg per 3-4 jam
|
Iv,Im,Sc,Po
|
10-15
menit
|
30-60
menit
|
2-4 jam
|
Methadone
|
Dolophine
|
2,5-10
mg per 3-4 jam
|
Im,Sc,Po
|
10
menit
|
1-2 jam
|
4-6 jam
|
Pentazocine
|
Talwin
|
50-100
mg per 3-4 jam
|
Po
|
|
0,5-2
jam
|
3-4 jam
|
4.
Pemberian
stimulator listrik, yaitu dengan memblok atau mengubah stimulus nyeri dengan
stimulus yang kurang dirasakan. Bentuk stimulator metode stimulus listrik
meliputi :
a.
Transcutaneus electrical nerve stimulator (TENS), yang digunakan untuk mengendalikan stimulus
manual daerah nyeri tertentu dengan menempatkan beberapa electrode di luar.
b.
Percutaneus implanted spinal cord epidular stimulator merupakan alat stimulator yang diimplan dibawah kulit
dengan transistor timah penerima pada daerah epidural dan columna vertebrae.
c.
Stimulator columna vertebrae, sebuah stimulator dengan stimulus alat penerimaan
transistor yang dicangkok melalui kantong kulit intraklavicula atau abdomen,
yakni elektroda yang ditanam dengan cara bedah pada dosum sumsum tulang
belakang.
Terapi Kompres Hangat
Merupakan tidakan dengan memberikan kompres hangat
untuk memenuhi kebutuhan rasa nyaman, mengurangi dan membebaskan nyeri,
mengurangi atau mencegah terjadinya spasme otot, dan memberikan rasa hangat.
Persiapan Alat
dan Bahan :
1.
Botol
berisi air panas (suhu 46-51,5 derajat)/air hangat
2.
Termometer
air
3.
Kain
pembungkus
Cara Kerja
1.
Cuci
tangan
2.
Jelaskan
pada pasien mengenai prosedur yang akan dilakukan
3.
Isi
botol dengan air panas
4.
Tutup
botol yang telah di isi air panas kemudian keringkan.
5.
Masukkan
botol kedalam kantong kain. Bila menggunakan kain, masukan kain pada air hangat
lalu peras.
6.
Tempatkan
botol/lkain yang suda diperas pada daerah yang akan dikompres.
7.
Angkat
botol/kain tersebut setelah 20 menit, kemudian isi lagi botol/masukan lagi kain
ke dalam air panas lalu peras. Taruh lagi botol/kain pada daerah yang akan
dikompres.
8.
Catat
perubahan yang akan terjadi selama tindakan.
9.
Cuci
tangan.
Terapi
Kompres Dingin
Meruoakan tindakan dengan memberikan kompres dingin
untuk memenuhi kebutuhan rasa nyaman, menurunkan suhu tubuh, mengurangi rasa
nyeri, mencegah edema, dan mengontrol peredaran darah dengan meningkatankan
vasokontriksi.
Persiapan Alat dan Bahan:
1.
Termometer
2.
Air
dingin
3.
Kain/kantong
pelindug
4.
Kantong
es atau sejenisnya
Cara Kerja:
1.
Cuci
tangtan
2.
Jelaskan
pada pasien mengenai prosedur yang akan dilakukan
3.
Ukur
suhu tubuh
4.
Masukan
air dingin pada kantong es. Bila menggunakan kain, masukan kain pada air dingin
lalu diperas.
5.
Latakan
kantong/kain pada daerah yang akan dikompres seperti daerah aksila, di daerah
yang sakit.
6.
Catat
perubahan yang terjadi selama tindakan
7.
Cuci
tangan
RANGKUMAN
Obat
merupakan sebuah substansi yang diberikan kepada manusia atau binatang sebagai
perawatan, pengobatan, atau bahkan pencegahan terhadap berbagai penggunaan yang
terjadi didalam tubuh. Dalam pelaksanaannya, tenaga medis memiliki tanggung
jawab dalam keamanan obat dan pemberian secara langsung ke pasien.
Obat
yang digunakan sebiknya memenuhi berbagai standar persyaratan obat, diantaranya
kemurnian , yaitu suatu keadaan yang dimiliki obat karena unsure keasliannya
tidak ada percampuran, dan standar potensi yang baik. Selain kemurnian, obat
juga harus memiliki bioapailabilitas berupa keseimbangan obat, keamanan, dan
efektifitas. Standar-standar tersebut harus dimiliki obat agar menghasilkan
efek yang baik akan obat itu sendiri.
Sebagai
bahan atau benda asing yang masuk kedalam tubuh, obat akan bekerja sesuai
dengan proses kimiawi melalui reaksi obat. Reaksi obat dapat dihitung dalam
satuan waktu paru, yakni suatu interval waktu yang di perukan dalam tubuh untuk
proses elominasi, sehingga terjadi pengurangan kosentrasi setengah dari kadar
puncak obat dalam tubuh.
TEKNIK
PEMBERIAN OBAT
1.
Pemberian
Obat Melalui Oral
2.
Pemberian
Obat Melalui Jaringan Intrakutan (IC)
3.
Pemberian
Obat Melalui Jaringan Subkutan (SC)
4.
Pemberian
Obat Melalu Wadah Intravena (Secara Tidak Langsung)
5.
Pemberian
Obat Melalui Selang IntraVena
6.
Pemberian
obat melalui intramuscular(IM)
7.
Pemberian
Obat Melalui Rektum
8.
Pemberian
Obat Vagina
9.
Pemerian
Obat pada Kulit
10. Pemberian obat pada mata
11. Pemberian obat pada telinga
12. Pemberian Obat Pada Hidung
REFERENSI
Uliya
Musrifatul dan A.Azis Alimul Hidayat. 2008. Praktikum
Keterampilan Dasar Praktik klinik Aplikasi Dasar-dasar Praktik Kebidanan, Jakarta:
Salemba Medika.
Masalah nutrisi erat kaitannya dengan intake makanan dan metabolisme tubuh serta faktor-faktor yang mempengaruhinya. Secara umm faktor yang mempengaruhi kebutuhan nutrisi adalah faktor fisiologis untu kebutuhan metabolisme bassal, faktor patologis seperti adanya penyakit tertentu yang menganggu pencernaan atau meningkatkan kebutuhn nutrisi, faktor sosio-ekonomi seperti adanya kemampuan individu dalam memenuhi kebutuhan nutrisi.
Nutrisi sangat penting bagi manusia karena nutrisi merupakan kebutuhan fital bagi semua makhluk hidup, mengkonsumsi nutrien (zat gizi) yang buruk bagi tubuh tiga kali sehari selama puluhan tahun akan menjadi racun yang menyebabkan penyakit dikemudian hari
Dalam pemenuhan kebutuhan nutrisi ada sistem yang berperan di dalamnya yaitu sistem pencernaan yang terdiri atas saluran pencernaan dan organ asesoris, saluran pencernaan dimulai dari mulut sampai usu halus bagian distal. Sedangkan organ asesoris terdiri dari hati, kantong empedu dan pankreas.
Nutrisi sangat bermanfaat bagi tubuh kita karena apabila tidak ada nutrisi maka tidak ada gizi dalam tubuh kita. Sehingga bisa menyebabkan penyakit / terkena gizi buruk oleh karena itu kita harus memperbanyak nutrisi.
rangkuman
Nutrisi
adalah zat-zat gizi atau zat lain yang berhubungan dengan kesehatan dan
penyakit, termasuk keseluruhan proses pemasukan dan pengolahan zat makanan oleh
tubuh manusia yang bertujuan menghasilkan energi yang nantinya akan digunakan
untuk aktivitas tubuh serta mengeluarkan zat sisanya (hasil metabolisme).
Nutrisi dapat dikatakan sebagai ilmu tentang makanan, zat-zat gizi dan zat lain
yang terkandung, aksi, reaksi, dan keseimbangan yang berhubungan dengan
kesehatan dan penyakit.
Zat gizi (nutrient) merupakan zat
yang terdapat didalam makanan :
1.
Karbohidrat
2.
Lemak
3.
Protein
4.
Mineral
5.
Vitamin
6.
Air.
Coin Casino Review
BalasHapusRead 온카지노 our review of Coin Casino and claim a 제왕 카지노 €1000 Bonus! Discover games, promotions, games, and 인카지노 more ➤ Claim Your €1000 Welcome Bonus! Rating: 4.4 · Review by CasinoRewards